Selasa, 30 Maret 2010

UGD ( Katanya 'Unit Gawat Darurat' )

Lima hari sudah saya terkena demam. Kadang panas, kadang dingin. Akhirnya orang tua saya berinisiatif membawa saya ke UGD salah satu Rumah Sakit.

Selama perjalanan yang cukup macet. Sambil menahan pusing dan panas, saya terus membayangkan kalau setelah sampai pasti langsung ditangani dan masuk dalam suatu ruangan menjalani pemeriksaan. Dari rumah saya dan keluarga saya berangkat pukul 18:10. Dan sampai kira-kira pukul 18.45.

Meski dengan tubuh lemas, saya harus berjalan untuk masuk UGD dan begitu masuk orang tua saya harus meletakkan kartu berobat saya untuk antre.Karena saya tidak kuat berdiri atau duduk terlalu lama. Akhirnya saya berbaring di tempat tidur ( ada istilah medisnya tapi kurang tau ) yang sudah disediakan. Dan kami menunggu cukup lama sampai panggilan untuk menyampaikan keluhan. Ternyata UGD tak pakai 'speedy' jadi lama.

Kabarnya dokter yang memeriksa belum datang saat itu dan memang saya baru mendengar panggilan pertama sekitar pukul 19.10. Setelah lama+lama menunggu sampai leher saya capek karena tempat tidur yang kurang nyaman, nama saya pun dipanggil untuk menanyai keluhan saya 'dan' kami disuruh 'menunggu' 'lagi'. Setelah lama+lama+lama nama saya dipanggil dan diberi rujukan untuk tes darah.

Di laboraturium antre untuk pengambilan darah tidak terlalu lama. Tapi karena salah satu laboraturium alatnya 'rusak' jadi semua sample darah di proses di satu laboraturium saja. Setelah sample darah saya diambil, saya harus 'menunggu' 'sangat lama' untuk mendapatkan hasil lab.nya. Dan setelah menunggu lama+lama+lama+lama, akhirnya hasil lab saya keluar dan kami harus 'mengantrekan' hasil itu untuk penanganan dan pastinya kami harus 'MENUNGGU' 'LAGI'.

Setelah lama+lama+lama+lama+lama, ternyata demam badan saya 'hilang' dengan sendirinya dan hal ini telah sering terjadi ketika saya berobat di rumah sakit ini karena terlalu 'lama' 'menunggu'. Ketika saya diperiksa oleh dokter, suhu badan saya hanya 36,5 derajat. Cukup normal tapi saya harus mendapat suntikan karena badan saya yang masih lemas.

Selama di UGD itu saya terus berpikir. Jika orang yang belum 'waktunya' pasti sudah sembuh sendiri karena 'lama' 'menunggu'. Jika orang yang sudah 'waktunya' pasti sudah berkeliling UGD bersama malaikat Isroil.

Ini kah pengobatan yang 'wajar' di seluruh dunia? Atau hanya ada di negara kita, Indonesia?
By GeNkGaM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Annyong Haseo.